BANYUWANGI KOTA
BUDAYA
Dewi Karomika
XI IPA 6/ SMAN 1 GIRI
Banyuwangi
adalah kota yang mempunyai keindahan alam dan seni yang melimpah. Keindahan
pantai, gunung dan hutan yang menakjubkan menjadi ciri khas tersendiri. Beragam
seni dari masing-masing desa yang berbeda dan sumber daya alam yang berlimpah
ruah. Kekayaan yang dimiliki ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk
kemajuan Banyuwangi. Upaya pengenalan di tingkat Nasional maupun Internasional
terus dikerahkan pemerintah yang bertujuan mensejahterakan masyarakat dengan
hasil karya masyarakatnya sendiri.
Seni & Budaya Banyuwangi
Banyuwangi
kaya akan seni. Tiap-tiap daerah memiliki seni dan budaya yang berbeda-beda. Masing-masing
kesenian memiliki makna dan keunikan tersendiri. Hal ini mencerminkan budaya
dan tradisi yang kental. Beragam kesenian asli Banyuwangi seperti kesenian
Gandrung, Kuntulan, Mocoan Pacul Gowang, Praburoro, Damarwulan, Barong, Jedur
Meletuk, Patrol, Jaranan Buto. Kesenian yang berasal dari rakyat secara turun
temurun ini sering dipentaskan dalam acara pernikahan dan khitanan. Diiringi
dengan alunan musik tradisional dengan menonjolkan ciri khas seninya. Dan juga
kesenian Banyuwangi sering muncul di berbagai even. Seperti halnya dengan
kesenian barong yang masih dapat dilestarikan sampai saat ini. Sering dijumpai
di desa-desa pada acara pernikahan,
khitanan, lomba 17 Agustus dan acara-acara lain yang menampilkan kesenian sebagai
penghibur. Namun tak semua kesenian asli Banyuwangi dapat ditampilkan. Seperti
halnya Kuntulan. Seni yang berasal dari daerah Rogojampi ini, kini mulai
tenggelam seiring perkembangan zaman. Salah satu faktor penyebabnya yaitu
kurangnya minat customer terhadap kesenian tersebut. Itu membuat penampil
merasa malas untuk berlatih seni. Alangkah beruntungnya kita sebagai warga
Banyuwangi jika mampu mempertahankan dan melestarikan kesenian lainnya.
Didesa-desa tertentu ada seni yang masih bertahan. Seperti desa Kemiren yang
menyimpan beragam budaya dan tradisi. Pengaruh adat istiadat yang membuat
wisatawan asing tertarik untuk mengetahui dan mengunjungi Banyuwangi tercinta. Bukan
hanya menguntungkan pada faktor ekonomi, namun kesenian ini memberikan hiburan
pada penonton. Kepercayaan terhadap nenek moyang masih bisa dirasakan. Kesenian
berbeda ditiap-tiap daerah. Walaupun
berbeda tetapi tetap satu dan memiliki makna yang hampir sama.
Di era
globalisasi sekarang ini, kesenian yang dulunya sering ditampilkan, kini hampir
menghilang. Sejak tahun 2000 kesenian mulai dikalahkan oleh budaya modern.
Orang lebih suka mengundang elektone (penyanyi yang diiringi oleh piano)
daripada Gandrung dan sejenisnya. Para remaja umumnya lebih memilih untuk
menyaksikan konser musik daripada kesenian tradisional. Jarang ditampilkannya
kesenian rakyat itu mengakibatkan kesenian tersebut sulit melakukan regenerasi.
Para remaja akan menolak meneruskan kesenian rakyat tersebut karena dianggap
tidak menguntungkan secara ekonomi. Remaja lebih berantusias pada budaya
baru. Namun masyarakatnya belum bisa
memilih budaya yang tepat untuk diadopsi.
Budaya tradisional harusnya lebih ditekankan untuk memperkenalkan ciri
khasnya. Remaja memegang peran penting sebagai generasi berikutnya.
Kesenian
yang masih sering ditampilkan adalah Gandrung, Barong dan Jaranan Buto. Diacara
tertentu seperti karnaval 17 Agustus (Hari Kemerdekaan RI) dan upacara adat
tertentu masih dapat ditemui kesenian Banyuwangi asli. Namun bagaimana dengan
Kuntulan dan kesenian lainnya yang sangat jarang diketahui warga Banyuwangi?
Hal ini membuat mundurnya kesenian tradisional. Khususnya kalangan remaja tidak
mengetahui kebudayaaan dan seni daerahnya. Untuk itu diperlukan adanya ide baru
untuk mengenalkan budaya tradisional ke gernerasi penerus.
Kesenian
di Banyuwangi memiliki sejarah yang panjang. Patut berbangga sebagai warga
Banyuwangi karena kesenian tradisional seperti Jaranan, Barong dan Gandrung
masih dapat dilestarikan. Bukan hanya itu, kesenian lainnya harus dipertahankan
untuk menyelamatkan kesenian-kesenian itu. Pemerintah Banyuwangi harus turun
tangan, misalnya dengan menggelar pertunjukan seni tradisional gratis kepada
masyarakat secara rutin. Pemerintah harus memfasilitasi sarana pelatihan dan
regenerasi sehingga kesenian tersebut masih dapat dinikmati oleh generasi
berikutnya. Tanpa investasi dari pemerintah, mustahil kesenian tersebut bisa
lestari.
Cara
lain yaitu dengan menggunakan seni tradisional sebagai ekstrakurikuler di
sekolah-sekolah. Dengan begitu siswa siswi akan tertarik untuk mempelajari.
Membuat pentas seni di sekolah agar kesenian tradisional tetap terjaga. Selain
itu bisa juga setiap penginapan di Banyuwnagi mengadakan pentas seni untuk
memperkenalkan budaya Banyuwangi kepada pengunjung. Memperkenalkan budaya dan
seni Banyuwangi di daerah lain dan di mata dunia. Namun harus diiring dengan
kemauan tiap-tiap individu untuk melanjutkan kesenian Banyuwangi.