Rabu, 20 Agustus 2014

MENYUSUN PARAGRAF PADU

Bagaimana cara menyusun paragraf yang baik(?)

            Kemampuan menulis bukan karena bakat. Bakat hanya 10% dari pendukung kemampuan menulis seseorang, selebihnya adalah kemauan atau niat, wawasan, daya imajinasi, disiplin, kreativitas, persepsi, tangguh atau tidak mudah putus asa, penguasaan teknik menulis, dan kemampuan berbahasa.
            Selain kesulitan untuk memulai sebuah tulisan, seorang penulis pemula pada umumnya kesulitan untuk menyusun sebuah paragraf yang koheren. Seorang penulis pemula belum memiliki kemampuan yang cukup untuk mengakhiri sebuah paragraf dan untuk mengawali sebuah paragraf. Pergantian paragraf hanya dilakukan apabila ada keinginan untuk berganti atau karena sudah terlalu panjang, bukan karena adanya pergantian ide.
            Kesulitan penulis pemula di atas dapat diatasi dengan mempelajari terlebih dahulu syarat-syarat paragraf yang baik. Tidak cukup sampai di situ saja, seorang penulis perlu terus berlatih menulis sehingga ada semacam sensor otomatis yang membuat seorang penulis ingin berganti paragraf ketika menulis. Hal itu bisa terjadi karena penulis sudah terbiasa dengan keadaaan bahwa setiap pergantian ide akan diikuti dengan pergantian paragraf.
            Pergantian paragraf perlu dilakukan oleh seorang penulis untuk memberi kesempatan kepada pembaca berkonsentrasi kepada paragraf selanjutnya. Tulisan yang tanpa paragraf atau menggunakan paragraf yang kacau akan mempersulit pembaca dalam memahami setiap ide yang ada. Pembaca akan merasa tersiksa karena harus membaca berulang-ulang apa yang telah dibacanya.

Apa itu Paragraf?
            Sebuah tulisan yang utuh, misalnya artikel, esai, berita, dan resensi pasti disusun atas beberapa paragraf. Setiap paragraf tersusun atas beberapa kalimat. Kalimat-kalimat yang menyusun paragraf tentunya haruslah saling berhubungan satu dengan lainnya. Kalimat kedua tentunya menjelaskan kalimat sebelumnya, begitu juga kalimat ketiga pasti akan berhubungan dengan kalimat yang keempat. Kalau itu terjadi, paragraf tersebut dapat dikatakan koheren atau padu.
            Selanjutnya, apa yang dimaksud dengan paragraf? Beberapa ahli berpendapat bahwa paragraf adalah kelompok kalimat yang saling berhubungan untuk membentuk sebuah ide. Paragraf dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan pernyataan penulis sebagai suatu unit atau kesatuan dalam pengembangan persoalannya. Paragraf dapat pula diartikan sebagai kesatuan pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas daripada kalimat.
            Masih banyak lagi tentang paragraf, tergantung dari sudut pandang pendefinisiannya. Paragraf adalah unit pikiran atau perasaan yang biasanya tersusun atas beberapa unit (kalimat) dan bertindak sebagai bagian dari unit yang lebih besar, yaitu wacana. Paragraf dapat dinyatakan sebagai (1) bagian tulisan yang lebih panjang, (2) sekelompok kalimat yang berhubungan secara logis, disusun dari bagian-bagian yang menyatu dan didasarkan pada satu topik tunggal, (3) sebentuk kalimat luas, dan (4) sebuah karangan berbentuk mini.
            Dari berbagai pendapat tersebut selalu disebutkan bahwa paragraf adalah sebuah kumpulan atau kelompok kalimat. Dengan demikian, sebuah paragraf selalu dibangun atas beberapa kalimat yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Kalimat yang satu bertindak sebagai kalimat topik, sedangkan yang lain berkedudukan sebagai kalimat penjelas.

Syarat Paragraf yang Baik
            Tidak semua kumpulan kalimat dapat dikatakan sebagai sebuah paragraf, dan tidak semua paragraf dapat dikatakan sebagai paragraf yang baik. Kumpulan kalimat yang saling berhubungan dan memenuhi persyaratan tertentu sajalah yang dapat dikatakan sebuah paragraf. Paragraf yang baik hendaklah memenuhi persyaratan: kesatuan, kepaduan, kelengkapan, dan urutan.
            Paragraf hendaknya hanya memuat satu kalimat topik dan setiap paragraf hendaknya memiliki unsur kelengkapan, yaitu memiliki beberapa kalimat penjelas yang bisa berupa fakta-fakta atau contoh-contoh. Selain itu, kalimat-kalimat yang membangun paragraf tersebut hendaknya benar-benar saling berhubungan. Secara lengkap, syarat paragraf yang baik adalah sebagai berikut.
1) Kesatuan (Unity)
            Anda tentunya pernah mengalami kesulitan tentang cara mengakhiri atau berganti paragraf ketika mendapat tugas mengarang dari guru Anda. Kesulitan itu terjadi karena Anda kurang memahami bahwa tulisan Anda telah berganti kalimat topik. Perubahan topik itu merupakan tanda pergantian paragraf.
            Paragraf yang mengandung banyak kalimat topik dapat mengaburkan maksud sehingga dapat membingungkan para pembaca. Apabila ada sebuah paragraf yang memiliki dua kalimat topik, paragraf tersebut dapat dikatakan tidak memiliki unsur kesatuan. Paragraf harus memperlihatkan suatu maksud dengan jelas, yang biasanya didukung oleh sebuah kalimat topik atau kalimat utama, seperti tampak pada contoh paragraf di bawah ini!

            Di masa kecil, Bung Hatta berkembang seperti anak-anak biasa, tetapi ia kurang memiliki sahabat ber¬main. Hal itu disebabkan tetangga-tetangga Bung Hatta tidak mempunyai anak seusianya dan di keluarganya sendiri Hatta me¬ru¬pakan satu-satunya anak lelaki. Kadang-kadang Bung Hatta bermain sendiri dengan cara membuat miniatur lapangan bola, sedangkan pemain-pemainnya dibuat dari gabus yang dibebani dengan timah. Bola dibuatnya dari manik bundar. Hatta mema¬in¬kan sendiri permainan sepak bola itu dengan asyiknya.
            Bung Hatta termasuk orang hemat. Setiap kali diberi uang belanja orang tuanya, yang pada waktu itu sebenggol, ia selalu menabungnya. Caranya, uang logam itu disusunnya sepuluh-sepuluh dan disimpan di atas mejanya. Jadi, setiap orang yang mengambil atau mengusiknya, Hatta selalu tahu. Namun, kalau orang me¬min¬ta dengan baik dan Hatta menganggap perlu diberi, tak segan-segan ia akan memberikan apa yang dimilikinya.
(cetak miring: kalimat topik)
2) Kepaduan (coherence)
Paragraf yang baik harus memperlihatkan hubungan antarkalimat yang erat. Paragraf yang dibangun dari kalimat-kalimat yang loncat-loncat berarti paragraf tersebut tidak koheren atau tidak padu. Apabila tidak ada kepaduan (koherensi), loncatan-loncatan pikiran, urutan waktu dan fakta yang tidak teratur akan terjadi sehingga menyimpang dari kalimat topik.
            Selanjutnya, bagaimana cara menciptakan kepaduan antarkalimat dalam sebuah paragraf? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, masih ingatkan Anda ketika Anda masih kecil menyanyikan lagu Bangun Tidur? Secara lengkap, apabila ditulis dalam sebuah paragraf akan berbunyi sebagai berikut.
            Bangun tidur kuterus mandi (1). Tidak lupa menggosok gigi (2). Habis mandi kutolong ibu (3). Membersihkan tempat tidurku (4).

            Paragraf di atas dibangun atas empat kalimat. Kalimat pertama sampai keempat saling berhubungan karena adanya urut-urutan waktu dan tempat. Waktu menggosok gigi dilakukan sebelum mandi, dan setelah mandi membantu ibu di kamar tidur untuk membersihkan tempat tidur. 
            Uraian di atas merupakan salah satu cara agar kalimat yang disusun dalam sebuah paragraf padu. Cara yang dapat Anda lakukan agar kalimat-kalimat dalam paragraf yang Anda susun padu adalah dengan (1) mengulang kata atau kelompok kata yang sebelumnya sudah disebutkan dengan kata atau kelompok kata yang sama atau dengan sinonimnya, dan (2) menggunakan kata penunjuk itu, ini, tersebut, atau dengan kata di atas, dan (3) membangun urut-urutan ide. Perhatikan contoh berikut!
            Saya merasa stres ketika mendapat tugas mengarang. Saya bingung untuk memulainya. Selain itu, saya sering berhenti ketika mengarang karena kehabisan ide. Kehabisan ide tersebut terjadi karena saya kurang memiliki wawasan yang cukup tentang apa yang saya tulis.
3) Kelengkapan (completeness)
            Paragraf dikatakan lengkap apabila dibangun atas beberapa kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik. Paragraf dikatakan tidak lengkap apabila hanya dikembangkan dan diperluas dengan pengulangan-pengulangan, atau kurang memiliki kalimat penjelas yang memadai. Dengan demikian, paragraf yang mengandung unsur kelengkapan selalu dibangun atas beberapa kalimat, bukan satu atau dua kalimat. Paragraf yang hanya memiliki satu atau dua kalimat dapat membuat pembaca merasa kesulitan memahami makna detil dalam paragraf.
4) Urutan (orderly)
Urutan ini berhubungan dengan kalimat-kalimat yang membangun paragraf hendaknya memiliki urut-urutan ide secara logis. Syarat ini mirip dengan kepaduan. Hanya saja, untuk urutan, kalimat yang membangun paragraf hendaknya memiliki keruntunan.

Komponen Paragraf
            Komponen paragraf adalah unsur-unsur yang membentuk sebuah paragraf. Komponen yang pertama berupa ide pokok yang dinyatakan dalam kalimat topik dan komponen yang kedua berupa ide penjelas yang dinyatakan dalam kalimat penjelas. Kalimat topik merupakan kalimat yang mengungkapkan ide pokok. Semua penjelasan harus mengacu kepada kalimat topik. Apabila kalimat topik masih bersifat umum perlu dikembangkan dalam pernyataan-pernyataan yang lebih khusus.
            Kalimat penjelas merupakan kalimat yang berisi ide penjelas yang berfungsi untuk menjelaskan kalimat topik sehingga terdapat kesatuan dan kepaduan paragraf. Kalimat penjelas dapat berupa rangkaian detil, contoh-contoh, atau fakta-fakta yang dapat digunakan untuk memperjelas kalimat topik. Kalimat-kalimat penjelas tersebut hendaknya disusun dengan urut-urutan logis.
Letak Kalimat Topik
            Ka1imat topik dapat terletak pada awal paragraf, akhir paragraf, awal dan dipertegas di akhir paragraf, dan menyebar di seluruh paragraf. Perhatikan contoh-contoh berikut!
1) Ka1imat topik/utama pada awal paragraf
            Bagi penulis pemula, penyusunan paragraf yang dimulai dengan kalimat utama merupakan jenis paragraf yang sering dilakukan. Dengan menuliskan kalimat topik terlebih dahulu, penulis dapat lebih mudah mengembangkannnya dengan kalimat-kalimat penjelas yang bisa berupa contoh-contoh, pengembangan dengan sebab-akibat, akibat-sebab, analogi, ataupun dengan generalisasi. Paragraf yang dimulai dengan kalimat topik disebut dengan paragraf induktif. Perhatikan contoh paragraf di bawah ini yang dimulai dengan kalimat topik dan dikembangkan dengan akibat-sebab-akibat.
            Perangai Ani sekarang sudah berubah. Pada awalnya Ani memaksakan diri kontrak bersama anak-anak yang kaya. Lalu, ia terbiasa meminta makan makanan anak-anak orang kaya. Ia meminta dibelikan baju seperti milik anak-anak orang kaya. Ia meminta dikirimi uang sebesar kiriman anak-anak orang kaya. Sekarang ia telah bergaya hidup seperti anak orang kaya sehingga orang tuanya tak mampu lagi membiayai sekolahnya.

            Paragraf di atas dimulai dengan kalimat topik Perangai Ani sekarang sudah berubah. Perubahan perangai Ani selanjutnya dijelaskan dengan empat kalimat penjelas. Kalimat topik berupa akibat dari kalimat penjelas pertama, sedangkan kalimat penjelas kedua, ketiga, dan keempat merupakan akibat dari kalimat penjelas pertama. 
2) Kalimat topik di akhir paragraf
Adakalanya seorang penulis memulai paragrafnya dengan kalimat-kalimat penjelas. Kalimat-kalimat penjelas tersebut bisa berupa fakta-fakta yang akan diakhiri dengan kalimat topik yang berupa kesimpulan. Paragraf seperti ini disebut dengan paragraf deduktif, seperti yang tampak pada contoh berikut.
            Pihak yang berkepentingan dan paling utama dalam mengatasi masalah itu adalah orang tua. Selain itu, sekolah juga ikut berperan dalam mengurangi kenakalan remaja, khususnya melalui program BP. Begitu juga masyarakat di lingkungan remaja itu tinggal. Lingkungan yang kurang baik dapat menyeret remaja ke dalam perbuatan yang kurang baik pula, misalnya penyalahgunaan narkoba, tawuran, dan minum-minuman keras. Untuk itu, kenakalan remaja merupakan masalah yang harus menjadi tangung jawab semua pihak.

kalimat topik

3) Kalimat topik di awal dan akhir paragraf
            Bukanlah paragraf yang baik apabila di dalamnya terdapat dua kalimat topik. Akan tetapi, tentunya Anda pernah membaca sebuah paragraf yang diawali dengan kalimat topik dan diakhiri dengan kalimat topik pula. Paragraf seperti itu dapat dikatakan baik apabila kalimat topik di akhir paragraf tersebut bukanlah kalimat topik baru, tetapi hanya mengulang atau menegaskan kembali kalimat topik yang ada di awal paragraf. Contoh paragraf seperti itu tampak di bawah ini.
            Jakarta sebagai ibukota RI tidak aman karena diduduki tentara Inggris dan tentara NICA yang memancing insiden. Insiden tersebut mengakibatkan ribuan orang menjadi korban. Bahkan, presiden dan wakil presiden beserta keluarganya pindah ke Yogyakarta yang untuk sementara waktu dijadikan ibukota RI. Sultan Hamengku Buwono IX mendukung sepenuhnya pemindahan itu, baik dengan dukungan politik maupun dukungan materi yang tidak terhitung jumlahnya. Memang, tentara Inggris dan NICA-lah yang membuat ibukota RI tidak aman.

4) Kalimat topik menyebar di seluruh paragraf
            Ketika Anda membaca sebuah karangan deskripsi (lukisan), Anda tentunya sering merasa kesulitan untuk menemukan kalimat topiknya. Paragraf tersebut bukan berarti tidak memiliki kalimat topik. Paragraf tersebut memang hanya mengandung kalimat-kalimat penjelas. Untuk menemukan kalimat topik pada paragraf tersebut, Anda perlu menyimpulkan isi keseluruhan paragraf tersebut. Dengan demikian, kalimat topik pada paragraf tersebut tersembunyi di antara kalimat-kalimat penjelas yang ada.

            Pulau itu memiliki danau yang airnya begitu jernih. Berbagai jenis ikan hidup di dalamnya. Selain itu, di pulau tersebut juga terbentang hamparan sawah yang begitu subur dan hijau. Laut yang jernih dengan gelombang kecil menambah keanggunan pulau tersebut. Belum lagi, air terjun dengan hawa sejuk dapat ditemui di pulau tersebut.

            Paragraf di atas merupakan paragraf yang melukiskan keindahan sebuah pulau yang memiliki danau, sawah, laut, dan air terjun yang begitu indah. Paragraf tersebut dikembangkan dengan kalimat-kalimat penjelas. Dengan demikian, apabila Anda mencari kalimat topiknya, Anda dapat menyimpulkan kalimat-kalimat penjelas tersebut, yaitu Keindahah sebuah pulau.

Senin, 05 Mei 2014

Sederhana tapi Bermakna ^^


Ada dalam setiap diri manusia bila ia meyakini. Sebuah impian. Setiap kamu punya mimpi, keinginan atau cita-cita taruh disini di depan kening kamu yang menempel, biarkan dia menggantung, mengambang 5cm di depan kening kamu. Jadi dia ga akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa impianmu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari dan percaya bahwa kamu bisa. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh. Apapun hambatannya kamu bilang pada diri kamu sendiri kalau kamu percaya sama impian kamu dan kamu ga akan pernah menyerah. Belum pernah ada bukti-bukti nyata dalam angka yang bisa dipecahkan oleh ilmu pengetahuan dan bagaimana keajaiban sebuah impian, persahabatan, cinta dan keyakinan bisa membuat begitu banyak perbedaan yang bisa mengubah kehidupan manusia. Belum pernah ada. Hanya mimpi dan keyakinan yang bisa membuat manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Hanya mimpi dan keyakinan yang mampu membuat manusia menjadi sangat istimewa dimata sang Pencipta. Dan yang bisa dilakukan oleh makhluk yang bernama manusia terhadap mimpi-mimpi dan keyakinannya adalah mereka hanya tinggal mempercayainya. Percaya pada “5cm” di depan kening kamu. 

Jumat, 02 Mei 2014

English Task ^^

Analytical Expotition

ü  Definition
Analytical expotition is a text that elaborates the writer’s idea about the phenomenon surrounding.
ü  Purpose
The purpose of analytical expotition is to persuade the reader/listener that the idea is important matter.
ü  Generic structur of analytical expotition are :
1.      Thesis : Introducing the topic and indicating the writer’s position.
The author’s point of view is called the thesis of the argument and this is written in the introduction.
The introduction can include a preview of the arguments that will follow in the next section of the text.
A question or emotional statement can be used to get audience attention.
2.      Arguments : Explaining the arguments to support the writer’s position.
A new paragraph is used for a new argument.
Each new paragraph begins with a topic sentence that introduces a new argument.
After the topic sentence comes detail that support the argument.
Emotive words are used to persuade the audience into believing the author.
3.      Reiteration : Restating the writer’s position.
This part is the closing of analytical exposition text. Reiteration restates the main idea in the first paragraph. Reiteration can be called as conclusion”. It’s reinforces the author’s point of view.
ü  Language Features of analytical expotition are :
·         Using relational process.
·         Using internal conjunction.
·         Using causal conjunction.
·         Using Simple Present Tense and Present Perfect Tense.
·         Using general noun such as computer, TV, etc.
·         Using abstract noun such as government, policy, etc.
·         Using action, thinking verbs and modal verbs.
·         Using connectives e.g. firstly, secondly, thirdly, etc.
·         Evaluative words e.g. important, valuable, harmful, etc.
ü  Social function of analytical expotition text is to persuade reader or listener that something is in case or that is a case to concern and pay attention to.


.

Minggu, 26 Januari 2014

XI_IPA_6_09_DEWIKAROMIKA_TUGAS_7_1


 



Untuk mengunggah klik disini
Silahkan Anda mencoba sendiri yaaaaa ;;)

Soal Praktik Excel Fungsi Logika IF
Soal Excel Fungsi Logika IF

Praktikum I




1. Buatlah Daftar Gaji PT. YYZZ di bawah ini.
2. Gaji pokok diperoleh dari rumus :
- Jika Gol A, maka Gaji Pokoknya 1000000
- Jika Gol B, maka Gaji Pokoknya 800000
- Jika Gol C, maka Gaji Pokoknya 500000



3. Tunjangan diperoleh dari rumus :
- Jika Status Nikah, maka Tunjangannya 250000
- Jika Status Belum, maka Tunjangannya 50000



4. Simpan dengan nama file 


Praktikum II


1. Buatlah Tabel Daftar Bus Malam di bawah ini.
2. Nama Bus Malam diperoleh Kode Bus Malam dengan ketentuan:
 Jika AA, maka Nama Bus ADI ANUGERAH
 Jika AB, maka Nama Bus ASRI BUANA
 Jika BB, maka Nama Bus BINTANG BARU
 Jika SC, maka Nama Bus SANJAYA
 Jika TR, maka Nama Bus TRIGAYA


3. Tujuan diperoleh dari Kode Bus Malam dengan ketentuan:
 Jika B, maka Tujuan BANDUNG
 Jika J, maka Tujuan JAKARTA
 Jika N, maka Tujuan BANYUWANGI
 Jika S, maka Tujuan SOLO


4. Harga Tiket diperoleh dari Kode Bus Malam dengan ketentuan:
- Jika B, maka Harga Tiket 300000
- Jika J, maka Harga Tiket 250000
- Jika N, maka Harga Tiket 120000
- Jika S, maka Harga Tiket 85000


5. Jam Berangkat diperoleh dari Kode Bus Malam dengan fungsi string.
6. Jumlah = Jumlah Penumpang X Harga Tiket
7. Carilah Nilai Total, Rata – Rata, Minimal, Maksimal dan Jumlah Data.
8. Simpan dengan nama file Kelas_Absen_Nama_Tugas_7_2
XI_IPA_6_09_DEWIKAROMIKA_TUGAS_7_2