Bagaimana cara menyusun paragraf yang baik(?)
Kemampuan
menulis bukan karena bakat. Bakat hanya 10% dari pendukung kemampuan menulis
seseorang, selebihnya adalah kemauan atau niat, wawasan, daya imajinasi,
disiplin, kreativitas, persepsi, tangguh atau tidak mudah putus asa, penguasaan
teknik menulis, dan kemampuan berbahasa.
Selain
kesulitan untuk memulai sebuah tulisan, seorang penulis pemula pada umumnya
kesulitan untuk menyusun sebuah paragraf yang koheren. Seorang penulis pemula
belum memiliki kemampuan yang cukup untuk mengakhiri sebuah paragraf dan untuk
mengawali sebuah paragraf. Pergantian paragraf hanya dilakukan apabila ada
keinginan untuk berganti atau karena sudah terlalu panjang, bukan karena adanya
pergantian ide.
Kesulitan
penulis pemula di atas dapat diatasi dengan mempelajari terlebih dahulu
syarat-syarat paragraf yang baik. Tidak cukup sampai di situ saja, seorang
penulis perlu terus berlatih menulis sehingga ada semacam sensor otomatis yang
membuat seorang penulis ingin berganti paragraf ketika menulis. Hal itu bisa
terjadi karena penulis sudah terbiasa dengan keadaaan bahwa setiap pergantian
ide akan diikuti dengan pergantian paragraf.
Pergantian
paragraf perlu dilakukan oleh seorang penulis untuk memberi kesempatan kepada
pembaca berkonsentrasi kepada paragraf selanjutnya. Tulisan yang tanpa paragraf
atau menggunakan paragraf yang kacau akan mempersulit pembaca dalam memahami
setiap ide yang ada. Pembaca akan merasa tersiksa karena harus membaca
berulang-ulang apa yang telah dibacanya.
Sebuah
tulisan yang utuh, misalnya artikel, esai, berita, dan resensi pasti disusun
atas beberapa paragraf. Setiap paragraf tersusun atas beberapa kalimat.
Kalimat-kalimat yang menyusun paragraf tentunya haruslah saling berhubungan
satu dengan lainnya. Kalimat kedua tentunya menjelaskan kalimat sebelumnya,
begitu juga kalimat ketiga pasti akan berhubungan dengan kalimat yang keempat.
Kalau itu terjadi, paragraf tersebut dapat dikatakan koheren atau padu.
Selanjutnya,
apa yang dimaksud dengan paragraf? Beberapa ahli berpendapat bahwa paragraf
adalah kelompok kalimat yang saling berhubungan untuk membentuk sebuah ide.
Paragraf dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan pernyataan penulis sebagai
suatu unit atau kesatuan dalam pengembangan persoalannya. Paragraf dapat pula
diartikan sebagai kesatuan pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas daripada
kalimat.
Masih
banyak lagi tentang paragraf, tergantung dari sudut pandang pendefinisiannya.
Paragraf adalah unit pikiran atau perasaan yang biasanya tersusun atas beberapa
unit (kalimat) dan bertindak sebagai bagian dari unit yang lebih besar, yaitu
wacana. Paragraf dapat dinyatakan sebagai (1) bagian tulisan yang lebih
panjang, (2) sekelompok kalimat yang berhubungan secara logis, disusun dari
bagian-bagian yang menyatu dan didasarkan pada satu topik tunggal, (3) sebentuk
kalimat luas, dan (4) sebuah karangan berbentuk mini.
Dari
berbagai pendapat tersebut selalu disebutkan bahwa paragraf adalah sebuah
kumpulan atau kelompok kalimat. Dengan demikian, sebuah paragraf selalu
dibangun atas beberapa kalimat yang saling berhubungan satu dengan lainnya.
Kalimat yang satu bertindak sebagai kalimat topik, sedangkan yang lain
berkedudukan sebagai kalimat penjelas.
Syarat Paragraf yang Baik
Tidak
semua kumpulan kalimat dapat dikatakan sebagai sebuah paragraf, dan tidak semua
paragraf dapat dikatakan sebagai paragraf yang baik. Kumpulan kalimat yang
saling berhubungan dan memenuhi persyaratan tertentu sajalah yang dapat
dikatakan sebuah paragraf. Paragraf yang baik hendaklah memenuhi persyaratan:
kesatuan, kepaduan, kelengkapan, dan urutan.
Paragraf
hendaknya hanya memuat satu kalimat topik dan setiap paragraf hendaknya
memiliki unsur kelengkapan, yaitu memiliki beberapa kalimat penjelas yang bisa
berupa fakta-fakta atau contoh-contoh. Selain itu, kalimat-kalimat yang
membangun paragraf tersebut hendaknya benar-benar saling berhubungan. Secara
lengkap, syarat paragraf yang baik adalah sebagai berikut.
1) Kesatuan (Unity)
Anda
tentunya pernah mengalami kesulitan tentang cara mengakhiri atau berganti
paragraf ketika mendapat tugas mengarang dari guru Anda. Kesulitan itu terjadi
karena Anda kurang memahami bahwa tulisan Anda telah berganti kalimat topik.
Perubahan topik itu merupakan tanda pergantian paragraf.
Paragraf
yang mengandung banyak kalimat topik dapat mengaburkan maksud sehingga dapat
membingungkan para pembaca. Apabila ada sebuah paragraf yang memiliki dua
kalimat topik, paragraf tersebut dapat dikatakan tidak memiliki unsur kesatuan.
Paragraf harus memperlihatkan suatu maksud dengan jelas, yang biasanya didukung
oleh sebuah kalimat topik atau kalimat utama, seperti tampak pada contoh
paragraf di bawah ini!
Di
masa kecil, Bung Hatta berkembang seperti anak-anak biasa, tetapi ia kurang
memiliki sahabat ber¬main. Hal itu disebabkan tetangga-tetangga Bung Hatta
tidak mempunyai anak seusianya dan di keluarganya sendiri Hatta me¬ru¬pakan
satu-satunya anak lelaki. Kadang-kadang Bung Hatta bermain sendiri dengan cara
membuat miniatur lapangan bola, sedangkan pemain-pemainnya dibuat dari gabus
yang dibebani dengan timah. Bola dibuatnya dari manik bundar. Hatta mema¬in¬kan
sendiri permainan sepak bola itu dengan asyiknya.
Bung
Hatta termasuk orang hemat. Setiap kali diberi uang belanja orang tuanya, yang
pada waktu itu sebenggol, ia selalu menabungnya. Caranya, uang logam itu
disusunnya sepuluh-sepuluh dan disimpan di atas mejanya. Jadi, setiap orang
yang mengambil atau mengusiknya, Hatta selalu tahu. Namun, kalau orang
me¬min¬ta dengan baik dan Hatta menganggap perlu diberi, tak segan-segan ia
akan memberikan apa yang dimilikinya.
(cetak miring: kalimat topik)
2) Kepaduan (coherence)
Paragraf yang baik harus memperlihatkan
hubungan antarkalimat yang erat. Paragraf yang dibangun dari kalimat-kalimat
yang loncat-loncat berarti paragraf tersebut tidak koheren atau tidak padu.
Apabila tidak ada kepaduan (koherensi), loncatan-loncatan pikiran, urutan waktu
dan fakta yang tidak teratur akan terjadi sehingga menyimpang dari kalimat
topik.
Selanjutnya,
bagaimana cara menciptakan kepaduan antarkalimat dalam sebuah paragraf? Sebelum
menjawab pertanyaan tersebut, masih ingatkan Anda ketika Anda masih kecil
menyanyikan lagu Bangun Tidur? Secara lengkap, apabila ditulis dalam sebuah
paragraf akan berbunyi sebagai berikut.
Bangun
tidur kuterus mandi (1). Tidak lupa menggosok gigi (2). Habis mandi kutolong
ibu (3). Membersihkan tempat tidurku (4).
Paragraf
di atas dibangun atas empat kalimat. Kalimat pertama sampai keempat saling
berhubungan karena adanya urut-urutan waktu dan tempat. Waktu menggosok gigi
dilakukan sebelum mandi, dan setelah mandi membantu ibu di kamar tidur untuk
membersihkan tempat tidur.
Uraian
di atas merupakan salah satu cara agar kalimat yang disusun dalam sebuah
paragraf padu. Cara yang dapat Anda lakukan agar kalimat-kalimat dalam paragraf
yang Anda susun padu adalah dengan (1) mengulang kata atau kelompok kata yang
sebelumnya sudah disebutkan dengan kata atau kelompok kata yang sama atau
dengan sinonimnya, dan (2) menggunakan kata penunjuk itu, ini, tersebut, atau
dengan kata di atas, dan (3) membangun urut-urutan ide. Perhatikan contoh
berikut!
Saya
merasa stres ketika mendapat tugas mengarang. Saya bingung untuk memulainya.
Selain itu, saya sering berhenti ketika mengarang karena kehabisan ide.
Kehabisan ide tersebut terjadi karena saya kurang memiliki wawasan yang cukup
tentang apa yang saya tulis.
3) Kelengkapan (completeness)
Paragraf
dikatakan lengkap apabila dibangun atas beberapa kalimat penjelas yang cukup
untuk menunjang kejelasan kalimat topik. Paragraf dikatakan tidak lengkap
apabila hanya dikembangkan dan diperluas dengan pengulangan-pengulangan, atau
kurang memiliki kalimat penjelas yang memadai. Dengan demikian, paragraf yang
mengandung unsur kelengkapan selalu dibangun atas beberapa kalimat, bukan satu
atau dua kalimat. Paragraf yang hanya memiliki satu atau dua kalimat dapat
membuat pembaca merasa kesulitan memahami makna detil dalam paragraf.
4) Urutan (orderly)
Urutan ini berhubungan dengan
kalimat-kalimat yang membangun paragraf hendaknya memiliki urut-urutan ide
secara logis. Syarat ini mirip dengan kepaduan. Hanya saja, untuk urutan,
kalimat yang membangun paragraf hendaknya memiliki keruntunan.
Komponen Paragraf
Komponen
paragraf adalah unsur-unsur yang membentuk sebuah paragraf. Komponen yang
pertama berupa ide pokok yang dinyatakan dalam kalimat topik dan komponen yang
kedua berupa ide penjelas yang dinyatakan dalam kalimat penjelas. Kalimat topik
merupakan kalimat yang mengungkapkan ide pokok. Semua penjelasan harus mengacu
kepada kalimat topik. Apabila kalimat topik masih bersifat umum perlu
dikembangkan dalam pernyataan-pernyataan yang lebih khusus.
Kalimat
penjelas merupakan kalimat yang berisi ide penjelas yang berfungsi untuk
menjelaskan kalimat topik sehingga terdapat kesatuan dan kepaduan paragraf.
Kalimat penjelas dapat berupa rangkaian detil, contoh-contoh, atau fakta-fakta
yang dapat digunakan untuk memperjelas kalimat topik. Kalimat-kalimat penjelas
tersebut hendaknya disusun dengan urut-urutan logis.
Letak Kalimat Topik
Ka1imat
topik dapat terletak pada awal paragraf, akhir paragraf, awal dan dipertegas di
akhir paragraf, dan menyebar di seluruh paragraf. Perhatikan contoh-contoh
berikut!
1) Ka1imat topik/utama pada awal paragraf
Bagi
penulis pemula, penyusunan paragraf yang dimulai dengan kalimat utama merupakan
jenis paragraf yang sering dilakukan. Dengan menuliskan kalimat topik terlebih
dahulu, penulis dapat lebih mudah mengembangkannnya dengan kalimat-kalimat
penjelas yang bisa berupa contoh-contoh, pengembangan dengan sebab-akibat,
akibat-sebab, analogi, ataupun dengan generalisasi. Paragraf yang dimulai
dengan kalimat topik disebut dengan paragraf induktif. Perhatikan contoh
paragraf di bawah ini yang dimulai dengan kalimat topik dan dikembangkan dengan
akibat-sebab-akibat.
Perangai
Ani sekarang sudah berubah. Pada awalnya Ani memaksakan diri kontrak bersama
anak-anak yang kaya. Lalu, ia terbiasa meminta makan makanan anak-anak orang
kaya. Ia meminta dibelikan baju seperti milik anak-anak orang kaya. Ia meminta
dikirimi uang sebesar kiriman anak-anak orang kaya. Sekarang ia telah bergaya
hidup seperti anak orang kaya sehingga orang tuanya tak mampu lagi membiayai
sekolahnya.
Paragraf
di atas dimulai dengan kalimat topik Perangai Ani sekarang sudah berubah.
Perubahan perangai Ani selanjutnya dijelaskan dengan empat kalimat penjelas.
Kalimat topik berupa akibat dari kalimat penjelas pertama, sedangkan kalimat
penjelas kedua, ketiga, dan keempat merupakan akibat dari kalimat penjelas
pertama.
2) Kalimat topik di akhir paragraf
Adakalanya seorang penulis memulai
paragrafnya dengan kalimat-kalimat penjelas. Kalimat-kalimat penjelas tersebut
bisa berupa fakta-fakta yang akan diakhiri dengan kalimat topik yang berupa
kesimpulan. Paragraf seperti ini disebut dengan paragraf deduktif, seperti yang
tampak pada contoh berikut.
Pihak
yang berkepentingan dan paling utama dalam mengatasi masalah itu adalah orang
tua. Selain itu, sekolah juga ikut berperan dalam mengurangi kenakalan remaja,
khususnya melalui program BP. Begitu juga masyarakat di lingkungan remaja itu
tinggal. Lingkungan yang kurang baik dapat menyeret remaja ke dalam perbuatan
yang kurang baik pula, misalnya penyalahgunaan narkoba, tawuran, dan
minum-minuman keras. Untuk itu, kenakalan remaja merupakan masalah yang harus
menjadi tangung jawab semua pihak.
kalimat topik
3) Kalimat topik di awal dan akhir
paragraf
Bukanlah
paragraf yang baik apabila di dalamnya terdapat dua kalimat topik. Akan tetapi,
tentunya Anda pernah membaca sebuah paragraf yang diawali dengan kalimat topik
dan diakhiri dengan kalimat topik pula. Paragraf seperti itu dapat dikatakan
baik apabila kalimat topik di akhir paragraf tersebut bukanlah kalimat topik
baru, tetapi hanya mengulang atau menegaskan kembali kalimat topik yang ada di
awal paragraf. Contoh paragraf seperti itu tampak di bawah ini.
Jakarta
sebagai ibukota RI tidak aman karena diduduki tentara Inggris dan tentara NICA
yang memancing insiden. Insiden tersebut mengakibatkan ribuan orang menjadi
korban. Bahkan, presiden dan wakil presiden beserta keluarganya pindah ke
Yogyakarta yang untuk sementara waktu dijadikan ibukota RI. Sultan Hamengku
Buwono IX mendukung sepenuhnya pemindahan itu, baik dengan dukungan politik
maupun dukungan materi yang tidak terhitung jumlahnya. Memang, tentara Inggris
dan NICA-lah yang membuat ibukota RI tidak aman.
4) Kalimat topik menyebar di seluruh
paragraf
Ketika
Anda membaca sebuah karangan deskripsi (lukisan), Anda tentunya sering merasa
kesulitan untuk menemukan kalimat topiknya. Paragraf tersebut bukan berarti
tidak memiliki kalimat topik. Paragraf tersebut memang hanya mengandung
kalimat-kalimat penjelas. Untuk menemukan kalimat topik pada paragraf tersebut,
Anda perlu menyimpulkan isi keseluruhan paragraf tersebut. Dengan demikian,
kalimat topik pada paragraf tersebut tersembunyi di antara kalimat-kalimat
penjelas yang ada.
Pulau
itu memiliki danau yang airnya begitu jernih. Berbagai jenis ikan hidup di
dalamnya. Selain itu, di pulau tersebut juga terbentang hamparan sawah yang
begitu subur dan hijau. Laut yang jernih dengan gelombang kecil menambah
keanggunan pulau tersebut. Belum lagi, air terjun dengan hawa sejuk dapat
ditemui di pulau tersebut.
Paragraf
di atas merupakan paragraf yang melukiskan keindahan sebuah pulau yang memiliki
danau, sawah, laut, dan air terjun yang begitu indah. Paragraf tersebut
dikembangkan dengan kalimat-kalimat penjelas. Dengan demikian, apabila Anda
mencari kalimat topiknya, Anda dapat menyimpulkan kalimat-kalimat penjelas
tersebut, yaitu Keindahah sebuah pulau.