Jumat, 08 November 2013

ARTIKEL

BANYUWANGI KOTA BUDAYA
Dewi Karomika
XI IPA 6/ SMAN 1 GIRI

Banyuwangi adalah kota yang mempunyai keindahan alam dan seni yang melimpah. Keindahan pantai, gunung dan hutan yang menakjubkan menjadi ciri khas tersendiri. Beragam seni dari masing-masing desa yang berbeda dan sumber daya alam yang berlimpah ruah. Kekayaan yang dimiliki ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kemajuan Banyuwangi. Upaya pengenalan di tingkat Nasional maupun Internasional terus dikerahkan pemerintah yang bertujuan mensejahterakan masyarakat dengan hasil karya masyarakatnya sendiri.
Seni & Budaya Banyuwangi
Banyuwangi kaya akan seni. Tiap-tiap daerah memiliki seni dan budaya yang berbeda-beda. Masing-masing kesenian memiliki makna dan keunikan tersendiri. Hal ini mencerminkan budaya dan tradisi yang kental. Beragam kesenian asli Banyuwangi seperti kesenian Gandrung, Kuntulan, Mocoan Pacul Gowang, Praburoro, Damarwulan, Barong, Jedur Meletuk, Patrol, Jaranan Buto. Kesenian yang berasal dari rakyat secara turun temurun ini sering dipentaskan dalam acara pernikahan dan khitanan. Diiringi dengan alunan musik tradisional dengan menonjolkan ciri khas seninya. Dan juga kesenian Banyuwangi sering muncul di berbagai even. Seperti halnya dengan kesenian barong yang masih dapat dilestarikan sampai saat ini. Sering dijumpai di desa-desa pada acara  pernikahan, khitanan, lomba 17 Agustus dan acara-acara lain yang menampilkan kesenian sebagai penghibur. Namun tak semua kesenian asli Banyuwangi dapat ditampilkan. Seperti halnya Kuntulan. Seni yang berasal dari daerah Rogojampi ini, kini mulai tenggelam seiring perkembangan zaman. Salah satu faktor penyebabnya yaitu kurangnya minat customer terhadap kesenian tersebut. Itu membuat penampil merasa malas untuk berlatih seni. Alangkah beruntungnya kita sebagai warga Banyuwangi jika mampu mempertahankan dan melestarikan kesenian lainnya. Didesa-desa tertentu ada seni yang masih bertahan. Seperti desa Kemiren yang menyimpan beragam budaya dan tradisi. Pengaruh adat istiadat yang membuat wisatawan asing tertarik untuk mengetahui dan mengunjungi Banyuwangi tercinta. Bukan hanya menguntungkan pada faktor ekonomi, namun kesenian ini memberikan hiburan pada penonton. Kepercayaan terhadap nenek moyang masih bisa dirasakan. Kesenian  berbeda ditiap-tiap daerah. Walaupun berbeda tetapi tetap satu dan memiliki makna yang hampir sama.
Di era globalisasi sekarang ini, kesenian yang dulunya sering ditampilkan, kini hampir menghilang. Sejak tahun 2000 kesenian mulai dikalahkan oleh budaya modern. Orang lebih suka mengundang elektone (penyanyi yang diiringi oleh piano) daripada Gandrung dan sejenisnya. Para remaja umumnya lebih memilih untuk menyaksikan konser musik daripada kesenian tradisional. Jarang ditampilkannya kesenian rakyat itu mengakibatkan kesenian tersebut sulit melakukan regenerasi. Para remaja akan menolak meneruskan kesenian rakyat tersebut karena dianggap tidak menguntungkan secara ekonomi. Remaja lebih berantusias pada budaya baru.  Namun masyarakatnya belum bisa memilih budaya yang tepat untuk diadopsi.  Budaya tradisional harusnya lebih ditekankan untuk memperkenalkan ciri khasnya. Remaja memegang peran penting sebagai generasi berikutnya.
Kesenian yang masih sering ditampilkan adalah Gandrung, Barong dan Jaranan Buto. Diacara tertentu seperti karnaval 17 Agustus (Hari Kemerdekaan RI) dan upacara adat tertentu masih dapat ditemui kesenian Banyuwangi asli. Namun bagaimana dengan Kuntulan dan kesenian lainnya yang sangat jarang diketahui warga Banyuwangi? Hal ini membuat mundurnya kesenian tradisional. Khususnya kalangan remaja tidak mengetahui kebudayaaan dan seni daerahnya. Untuk itu diperlukan adanya ide baru untuk mengenalkan budaya tradisional ke gernerasi penerus.
Upaya Melestarikan Seni Banyuwangi
          Kesenian di Banyuwangi memiliki sejarah yang panjang. Patut berbangga sebagai warga Banyuwangi karena kesenian tradisional seperti Jaranan, Barong dan Gandrung masih dapat dilestarikan. Bukan hanya itu, kesenian lainnya harus dipertahankan untuk menyelamatkan kesenian-kesenian itu. Pemerintah Banyuwangi harus turun tangan, misalnya dengan menggelar pertunjukan seni tradisional gratis kepada masyarakat secara rutin. Pemerintah harus memfasilitasi sarana pelatihan dan regenerasi sehingga kesenian tersebut masih dapat dinikmati oleh generasi berikutnya. Tanpa investasi dari pemerintah, mustahil kesenian tersebut bisa lestari.

          Cara lain yaitu dengan menggunakan seni tradisional sebagai ekstrakurikuler di sekolah-sekolah. Dengan begitu siswa siswi akan tertarik untuk mempelajari. Membuat pentas seni di sekolah agar kesenian tradisional tetap terjaga. Selain itu bisa juga setiap penginapan di Banyuwnagi mengadakan pentas seni untuk memperkenalkan budaya Banyuwangi kepada pengunjung. Memperkenalkan budaya dan seni Banyuwangi di daerah lain dan di mata dunia. Namun harus diiring dengan kemauan tiap-tiap individu untuk melanjutkan kesenian Banyuwangi.